Yayasan Penelitian Harimau Sumatra Provinsi Riau menyatakan dalam satu tahun diperkirakan lahan hutan Sinepis yang digarap hingga beralihfungsi menjadi lahan perkebunan mencapai seribu hektare.
Kondisi demikian menurut ketua yayasan itu, Bantoni, sudah sangat kritis
 dan sepantasnya semua pihak, mulai dari pemerintah pusat dan pemerintah
 daerah turun tangan dengan memberikan pengarahan terhadap masyarakat 
yang terus melakukan upaya perambahan tanpa memikirkan sebab dan 
akibatnya.
"Karena bayangkan saja, jika seribu hektare hutan beralihfungsi menjadi 
lahan perkebunan dalam waktu setahun, maka hanya dalam tempo sepuluh 
tahun, sudah sekitar 10 ribu haktare yang habis digarap," katanya.
Itu artinya, demikian Bastoni, jalur jelajah harimau semakin terancam 
dan kepunahan habitat bisa-bisa tidak bisa dielakkan jika tidak ada 
upaya-upaya konkrit.
Untuk itu, demikian Bastoni, sudah sepantasnya, Yayasan Penelitian 
Harimau Sumatra yang juga memiliki pusat penelitian harimau sumatra di 
Provinsi Riau sejak tahun 2010 silam, membentuk program-program untuk 
menjaga keutuhan hewan dilindungi itu.
Pusat penelitian yang dimaksud didirikan sepenuhnya untuk menjaga dan 
melestarikan harimau sumatra yang kini makin terus berkurang.
Dia menjelaskan, pada dua tahun silam, pihaknya memperkirakan ada 
sekitar 20 sampai 25 harimau yang tersisa di wilayah konservasi Sinepis.
 Hasil riset di tahun 2013, diakuinya, pihaknya belum bisa memastikan 
berapa jumlah harimau sumatra yang tersisa.
 Tambahnya, perambahan hutan di kawasan konservasi itu tetap berlanjut 
dan semakin mengancam habitat satwa dilindungi penghuni hutan belantara.
 Kawasan hutan Senepis yang berada di ujung timur laut pesisir Riau 
merupakan habitat penting harimau sumatra. Kawasan yang dijadikan untuk 
konservasi harimau Sumatra itu seluas 106.086 hektare.
Meski kawasan tersebut telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi 
harimau, namun aktivitas perusahaan industri kehutanan yang juga 
memperoleh konsesi di areal kawasan tersebut masih tetap berlanjut 
hingga kini dan itu yang menyebabkan harimau keluar dari habitatnya.
"Bahkan banyak warga yang membentuk kelompok-kelompok tani terus 
mengkapling-kapling kawasan hutan dengan cara yang 'mambabi-buta'," kata
 Bastoni. **nn/kb
 

Post a Comment