 Perluasan lahan perkebunan di Riau semakin memperkecil ruang gerak 
habitat harimau Sumatera. Akibatnya hewan tersebut menyerang manusia 
karena kelaparan.
Perluasan lahan perkebunan di Riau semakin memperkecil ruang gerak 
habitat harimau Sumatera. Akibatnya hewan tersebut menyerang manusia 
karena kelaparan.
Konflik harimau dengan manusia yang tinggal di sekitar hutan Sinepis 
khususnya dan wilayah konservasi hewan yang dilindungi di Provinsi Riau 
umumnya hingga saat ini masih terus terjadi. Bahkan hewas buas ini kerap
 berkeliaran di sekitar permukiman warga yang ada di sejumlah kawasan 
terdekat.Bahkan ada yang sampai memakan korban.
Menurut Bastoni selaku Pembina Yayasan Penelitian Harimau Sumatra di 
Riau, keberadaan harimau di perkampungan diduga kuat akibat aktivitas 
pembukaan lahan oleh warga pendatang untuk perkebunan sawit di daerah 
lintasan (home range) habitat harimau kerap mencari makan.
Kampung Basilam Baru di Kota Dumai misalnya, yang hanya berjarak sekitar
 10 kilometer dari kawasan hutan konservasi Senepis, diindikasi 
sebenarnya juga sudah melampaui kawasan konservasi itu, yakni mencapai 
lahan yang kini menjadi konsesi hutan tanaman industri PT Suntara Gajah 
Pati.
Namun, karena lemahnya pengawasan pihak perusahaan, menurut Bastoni, 
warga pendatang kemudian dengan bebas menjarah daerah konsesi dan 
membuat satwa ketakutan hingga melarikan diri masuk perkampungan.
Bastoni mengatakan, pembukaan lahan dengan cara membakar hingga kini 
masih terus terjadi. Namun, tidak ada upaya pemadaman karena minimnya 
akses menuju lokasi kebakaran.
"Pembakaran lahan bahkan sudah mulai masuk ke kawasan konservasi 
Senepis, meski dalam jumlah kecil. Namun, kebakaran itu sudah membuat 
binatang di dalamnya termasuk harimau ketakutan," katanya.
Menurut dia, tidak ada pilihan selain membentuk Tim Patroli yang 
bertugas khusus untuk memantau seluruh kawasan hutan konservasi Sinepis 
yang terus mengalami penyempitan.**nn
 
Post a Comment