Berita Terbaru :
Home » , , » Keberdaan WWF Di Riau Perlu Evaluasi Kembali

Keberdaan WWF Di Riau Perlu Evaluasi Kembali

Written By Kabar Riau on Monday, March 18, 2013 | 4:47 AM

METRO TERKINI - Keberdaan WWF Di Riau Perlu Evaluasi Kembali

Wagub Riau Mambang Mit meminta agar kinerja World Wildlife fun for nature (WWF) di Riau yang sudah hampir sepuluh tahun tersebut sebaiknya dievaluasi. Hal itu agar karbon dan habitat yang masih tersisa di Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) bisa dipertahankan.


Persoalan itu terkait pernyataan Wakil Ketua Komisi IV DPR, Firman Subagyo yang mengatakan bahwa TNTN yang dikelola secara kolaboratif dengan WWF tidak mampu mengatasi kerusakan hutan yang terjadi kawasan taman nasional itu.

"Kalau ada perkembangan atau dinamika baru, maka perlu dilakukan evaluasi tetang keberadaan WWF. Sehingga Riau mendapatkan sesuatu yang sepadan," ujar Wakil Gubernur Riau HR Mambang Mit pada wartawan di Pekanbaru.

Wakil Gubernur Riau berharap dengan evaluasi, maka penelaahan lebih lanjut mengenai Taman Nasional Tesso Nilo yang hutannya telah punah setidaknya 46.960 hektare. Pihaknya tidak terlalu alergi dengan keberadaan organisasi ligkungan di Riau baik yang berasal dari dalam atau luar negeri, jika ada hal yang berkenaan segala sesuatu berbentuk kegiatan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

"Kami memang mengedepankan kepentingan nasional, akan lebih mengedepankan partisipan nasional dan berpikiran secara nasionalis. Tapi bukan berarti kami tidak berhubungan secara internasional dalam menelaah dan menerima masukan-masukan," katanya.

Secara terpisah Wakil Ketua Komisi IV DPR Firman Subagyo kembali mengingatkan, sudah waktunya pemerintah memutuskan untuk tidak bekerja sama dengan LSM asing seperti WWF. "Ini waktunya bagi Indonesia untuk tidak berkompromi dengan WWF karena mereka terbukti tidak mampu melakukan apa pun," katanya.

Kondisi Taman Nasional Tesso Nilo yang dikelola secara kolaboratif dengan WWF dan kini terus terdeforestasi sudah menjadi cukup bukti ketidakmampuan LSM tersebut dalam membantu dan memberikan solusi bagi masalah lingkungan di Indonesia.

"Mereka hanya bisa berteriak-teriak dan melakukan kampanye hitam di luar negeri. Sikap arogan LSM itu berdampak pada pelemahan daya saing Industri kita di luar negeri yang akhirnya memperburuk ekonomi Indonesia," katanya.

Firman mengungkapkan, sebagian besar LSM asing di Indonesia datang dengan berbagai misi yang tidak murni. "Ini sudah berulang-ulang saya ingatkan kepada berbagai pihak karena sangat berbahaya dan harus diwaspadai," katanya.

Berdasarkan analisis citra landsat, pada tahun 2000 luas hutan di TNTN dan hutan produksi terbatas yang berada di sisinya, yang kemudian dijadikan areal perluasan taman nasional itu masih mencapai 75.335 hektare.

Namun pada 2012 luas hutan pada taman nasional yang dikelola bersama dengan LSM asing WWF yang memiliki kantor pusat di Jenewa, Swiss, hanya tinggal 28.375 hektare.

Awalnya luas TNTN hanya 38.576 hektare berdasarkan Surat Keputusan Menhut No.255/Menhut-II/2004. Kemudian melalui inisiatif WWF, taman nasional tersebut diperluas menjadi 83.068 hektare dengan memasukkan areal hutan produksi terbatas berdasarkan SK No.663/Menhut-II/2009.

Kerusakan hutan TNTN semakin parah dengan angka kerusakan hutan alam yang sudah hilang hingga 64 persen. Sementara khusus pada areal perluasan, hutan alam yang hancur telah mencapai 83 persen.**nn/rt


 
Share this post :

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Jony Template | ||
Copyright © 2013. KabarRiau - All Rights Reserved
Template Created by J.A
Diterbitkan : CV. Sartika Annisa Pratama